KATA PENGANTAR
Puji syukur
Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena telah menyelesaikan
makalah yang berjudul ”HAKIKAT PUISI” ini dengan baik.
Dalam
penyusunan makalah ini juga banyak mendapat bantuan dan bimbingan sehingga hal
itu sangat membantu penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu.
Dengan segala
kerendahan hati penyusun selalu menanti segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga makalah
ini bermanfaat dalam berbagai bidang dan dapat digunakan sebagai sumbangan
pikiran untuk masa yang akan datang.
Padang, 06 Februari 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 1
DAFTAR
ISI......................................................................................................................... 2
BAB I :
PENDAHULUAN.................................................................................................... 3
A.
Latar
belakang...................................................................................................... 3
B.
Rumusan
masalah..................................................................................................3
C.
Tujuan................................................................................................................. 4
D.
Manfaat.............................................................................................................. 4
BAB II :
PEMBAHASAN..................................................................................................... 5
A.
Pengertian
puisi.................................................................................................. 5
B.
Kepuitisan........................................................................................................... 6
C.
Struktur
puisi...................................................................................................... 7
D.
Ciri-ciri
puisi....................................................................................................... 8
E.
Unsur-unsur
puisi................................................................................................ 9
BAB III :
PENUTUP........................................................................................................... 11
A.
Kesimpulan........................................................................................................ 11
B.
Saran..................................................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................................12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hingga saat ini, tidak ada definisi yang baku mengenai apa itu puisi.
Banyak ahli-ahli sastra yang memberikan definisi puisi. Namun, seperti
yang dikemukakan oleh Shahnon Ahmad (dalam Pradopo. 1997: 7) bahwa bila
unsur-unsur dari pendapat-pendapat itu dipadukan, maka akan didapat garis-garis
besar tentang pengertian puisi yang sebenarnya. Unsur-unsur tersebut
dapat berupa: emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera,
sususan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaaan yang bercampur-baur.
Di situ dapat disimpulkan ada tiga unsur yang pokok. Pertama, hal yang meliputi
pemikiran, ide, atau emosi; kedua, bentuknya; dan yang ketiga ialah kesannya.
Hakikat puisi ialah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi.
Puisi merupakan karya seni (mengandung unsur estetik) yang unsur seni
dominannya mengandalkan keindahan kata, gaya bunyi, gaya kata, gaya kalimat,
wacana dan tipografinya. Kepuitisan dapat dicapai dengan bermacam-macam
cara, misalnya dengan bentuk visual: tipografi, susunan bait; dengan bunyi:
persajakan, asonansi, aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi;
dengan pemilihan kata (diksi), bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur
ketatabahasaan, gaya bahasa dan sebagainya. Dalam mencapai kepuitisan itu penyair
menggunakan banyak cara sekaligus secara bersamaan untuk mendapatkan jaringan
efek puitis yang sebanyak-banyaknya, yang lebih besar daripada pengaruh
beberapa komponen secara terpisah penggunaannya. Antara unsur pernyataan
(ekspresi), sarana kepuitisan, yang satu dengan yang lainnya saling membantu,
saling memperkuat dengan kesejajarannya ataupun pertentangannya, semuanya itu
untuk mendapatkan kepuitisan yang seefektif mungkin, seintensif mungkin
(Pradopo. 1997: 13).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian puisi ?
2.
Bagaimana
kepuitisan didalam puisi ?
3.
Apa
saja struktur puisi ?
4.
Apa
saja ciri-ciri puisi ?
5.
Apa
saja unsur-unsur puisi ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian puisi.
2.
Mengetahui
kepuitisan didalam puisi.
3.
Mengetahui
struktur puisi.
4.
Mengetahui
ciri-ciri puisi.
5.
Mengetahui
unsur-unsur puisi.
D.
Manfaat
1.
Menambah
pengetahuan mengenai hakikat puisi.
2.
Menambah
pengetahuan mengenai dasar-dasar didalam
puisi.
BAB
II
PEMBAHASAN
HAKIKAT PUISI
A.
PENGERTIAN
PUISI
Secara
etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu poesis, yang
berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Menurut Kamus Istilah
Sastra, puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra,
rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi merupakan curahan isi hati
seseorang yang membawa orang lain kedalam keadaan hatinya. Sebuah puisi juga
merupakan ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya dalam satu bentuk ciptaan
yang utuh dan menyatu. Secara garis besar, sebuah puisi terdiri atas: tema,
suasana, imajinasi, amanat, nada, suasana, dan perasaan. Sedangkan prinsip
dasar sebuah puisi adalah berkata sedikit mungkin, tetapi mempunyai arti
sebanyak mungkin.
Beberapa
pengertian puisi menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Menurut
Luxemburg (1984 : 175)
yang dimaksud dengan teks puisi ialah teks-teks monolog yang isinya
pertama-tama tidak merupakan sebuah alur; disamping itu teks puisi disajikan
dengan tipografi tertentu.
2. Menurut
wirjosoedarmo puisi adalah karangan terikat oleh : (1) banyak baris dalam tiap
bait (kuplet/strofa, suku karangan); (2) banyak kata dsalam tiap baris; (3)
banyak suku kata dalam tiap baris; (4) rima; dan (5) irama.
3. Menurut
Altenbernd (1970:20), puisi adalah
pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam Bahasa berirama.
4. Samuel
taylor coloridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam
susunan terindah.
5. Carlyle
berkata, puisi merupakan pemikiran yang bersifat muksikal. Penyair daalam
menciptakan puisi itu memikirkan bunyi yang merdu sepeti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu
rupa hingga yang menonjol adalah
rangkaian bunyi yang merdu
seperti musik, yaitu dengan
mempergunakan orkestrasi bunyi.
6. Menurut
Wordsworth, puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan
yang direkakan atau diangankan.
7. Menurut
Pradopo, puisi
adalah rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam
wujud yang paling berkesan.
8. Menurut
Shelley, puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita.
9. Menurut Sumardi puisi adalah karya sastra dengan bahasa
yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan
kata-kata kias (imajinatif).
Jadi
puisi adalah mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang
merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang
penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi
kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalamn manusia yang
penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan.
B.
KEPUITISAN
Puitis
identik dengan keindahan. Tidak lengkap pembicaraan tentang kepuitisan kalau
tidak menghubungkannya dengan keindahan. Wujud kepuitisan adalah sesuatu yang
abstrak. Sukar dinyatakan bagaimana persisnya puitis itu,sama dengan keindahan,
kepuitisan berkaitan dengan pikiran,
perasaan, pengetahuan danpengalaman seseorang.
Oleh karena itu kepuitisan bersifat subjektif. Sesuatu
yang puitis bagi seseorang belum tentu puitis bagi orang lain.
Menurut
Pradopo (1987 : 13) sesuatu disebut puitis apabila sesuatu tersebut dapat membangkitkan perasaan, menarik perhatian,
menimbulkan tanggapan yang jelas, dan dapat menimbulkan keharuan. Puitis adalah sifat khas yang selalu
melekat pada sajak dan bahwa tidak hanya saja yang mengandung puisi atau
kepuitisan, maka pembicaraan tentang kepuitisan tidak dapat terlepas dari karya
sastra. Hanya karya
sastra yang mengandung kepuitisan oleh sebab itu kepuitisan berkaitan dengan
Bahasa dan unsur-unsur lain yang membangun karya sastra. Intinya, kepuitisan adalah milik khas Bahasa.
C. STRUKTUR
PUISI
Struktur puisi dibentuk oleh konsentrasi dan
intensifikasi. Dari konsentrasi dapat membuahkan bentukan yang konkrit serta
yang abstrak. Sedangkan intensifikasi hanya membuahkan karya yang abstrak.
Struktur puisi terbagi dua bagian, dengan unsur-unsur sebagai berikut :
1.
Abstrak
Struktur puisi dengan unsur abstrak mengandung arti bahwa
kita tidak bisa menilai lansung dari wujud sebuah karya puisi yang
bersangkutan, melainkan kita harus melihat dari refleksi yang timbul pada diri
si penikmat atau adanya situasi baru pada diri si penikmat atas dampaknya dari
sebuah karya puisi. Unsur-unsur struktur puisi yang bersifat abstrak yaitu Komunikasi.
Yang dimaksud
komunikasi disini adalah kaitan antara sebuah karya puisi dengan lingkungan
sosial serta dampaknya yang nampak pada individu penikmat. Dalam hal ini karena
timbulnya situasi baru yang terdapat pada diri si penikmat setelah membaca
karya puisi. Dalam perkembangan puisi saat ini, masalah komunikasi menjadi
perhatian sebagai unsur bentukan dari karya puisi.
·
Peranan
dan fungsi
Antara peranan
sebuah karya puisi dengan fungsinya tidak dapat dipisahkan. Karena fungsi
merupakan pencanangan utama dalam arah agar terbentuk sebuah karya puisi.
Sedangkan peranan adalah suatu hal yang penilaiannya tergantung pada makna dar
wujud puisi. Jadi peranan merupakan kelanjuatan daripada fungsi dan
kadang-kadang peranan merupakan kekhasan yang horizontal pada sebuah karya
puisi yang penuh makna.
2.
Kongkrit
Srtuktur puisi yang kongkrit mengandung arti bahwa dalam
sebuah karya puisi tersebut kita sebagai pencipta ataupun penikmat dapat secara
lansung melihat wujud puisi yang memberikan pesona. Unsur-unsur struktur puisi
yang bersifat kongkrit yaitu :
·
Gaya
bahasa
Yang dimaksud
gaya bahasa dalam karya puisi adalah suatu alat untuk melukiskan/menggambarkan, menegaskan
inspirasi atau ide dalam bentuk bahasa dengan gaya yang mempesona.
·
Musikalisasi
Yang dimaksud
dengan musikalisasi dalam sebuah karya puisi, adalah adanya keseragaman bunyi
dalam kata, baris atau bait-bait puisi yang mengandung makna tertentu. Musikalisasi inipun merupakan unsur yang dapat memberikan
rangsangan atau daya pesona dalam sebuah karya puisi.
·
Kausalisasi
Kausalisasi
dalam puisi dimaksudkan sebagai adanya hubungan makna, musikalisasi atau gaya
bahasa. Antara kata, baris atau bait sebetulnya dalam puisi tidak akan lepas
dari kausalisasinya ataupun dari karya sastra lainnya, sehingga masalah
kausalisasi selalu saja ada.
D. CIRI-CIRI
PUISI
Secara umum ciri-ciri puisi adalah sebagai berikut ini :
1.
Penulisan puisi dituangkan dalam bentuk bait yang
terdiri atas baris-baris, bukan bentuk paragraf
seperti pada prosa dan dialog seperti pada naskah drama.
2.
Diksi yang digunakan dalam puisi biasanya bersifat
kias, padat, dan indah.
3.
Penggunaan majas sangat dominan dalam bahasa puisi.
4.
Pemilihan diksi yang digunakan mempertimbangkan adanya
rima dan persajakan.
5.
Setting, alur, dan tokoh dalam puisi tidak begitu
ditonjolkan dalam pengungkapan.
Adapun
secara lebih detail ciri-ciri puisi dibedakan menjadi dua, yaitu puisi lama dan puisi baru adalah sebagai
berikut :
Ciri-ciri
Puisi Lama:
- Anonim (pengarangnya tidak diketahui).
- Terikat jumlah baris, rima, dan irama.
- Merupakan kesusastraan lisan.
- Gaya bahasanya statis (tetap) dan klise.
- Isinya fantastis dan istanasentris
Ciri-ciri
Puisi Baru:
- Pengarangnya diketahui.
- Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama.
- Berkembang secara lisan dan tertulis.
- Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah).
- Isinya tentang kehidupan pada umumnya.
E. UNSUR-UNSUR
PUISI
Secara
sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik,
bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah
puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut:
- Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
- Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat.
- Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna.
- Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi.
- Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.
Adapun
secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur,
yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur
batin puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut :
- Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
- Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
- Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya.
- Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Struktur
fisik puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut:
- Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
- Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
- Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
- Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji.
- Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas.
- Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Ritme adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritme sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puisi memiliki definisi sebagai pernyataan yang imajinatif, emosional, dan
pengetahuan penyair yang diperoleh dari kehidupan individu dan sosialnya,
sehingga mampu membangkitkan pengalaman tertentu dalam diri pembaca atau
penikmatnya. Puisi memerlukan pemahaman yang lebih serius daripada pemahaman
genre karya satra lain seperti cerita pendek dan novel. Diperlukan pengetahuan
ekstra para pembaca untuk memahami puisi dengan karakternya yang khas dan
merebut makna yang diinginkan.
Sebagai karya yang khas, puisi
memiliki ciri-ciri penanda estetika dan struktur-struktur yang membangun di
dalamnya. Puisi dapat membawa pengaruh positif di dunia pendidikan dan akan
membawa pengaruh pula pada suatu kesadaran bagi masyarakat dalam berbangsa dan
bernegara. Terciptanya kesadaran berbangsa dan bernegara ini akan membawa pula
pada suatu kesadaran untuk menghargai hasil kebudayaan itu sendiri, khususnya
terhadap karya sastra terutama puisi.
B. Saran
Mengingat keterbatasan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis, maka untuk mendapat
pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada pembaca untuk membaca referensi yang telah dilampirkan
pada daftar pustaka. Dengan demikian pula diharapkan adanya saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca, agar makalah ini dapat memberikan
pengetahuan dan bermanfaat dalam berbagai bidang dan dapat digunakan sebagai sumbangan
pikiran untuk masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Atmazaki. 1993. Analisis Sajak:
Teori, Metode Dan Aplikasi. Bandung: Angkasa.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1990. Pengkajian
Puisi. Yogyakarta: UGM Press.
Jalil, Dianie Abdul. 1990. Teori Dan
Periodisasi Puisi Indonesia. Bandung: Angkasa.
Very good..
BalasHapus:)
Hapus